Pengantin Surga

26 Mei

Pada zaman Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wasallam, hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid, yang berumur 35 tahun, namun belum juga menikah. Dia tinggal di suffah (teras) masjid Madinah.

Ketika sedang mengasah pedangnya, tiba-tiba Rasulullah Saw datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.

“Wahai saudaraku Zahid…selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam menyapa.

“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid, sambil tertunduk tak kuasa melihat kharismatik wajah Beliau.

Maksudku kenapa engkau selama ini membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah?” Tanya Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam.

Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku tak tampan, siapa yang mau dengan diriku ya Rasulullah?”

”Asal engkau mau, itu urusan yang mudah.” Kata Rasulullah Sallallahu alaihi wasalam sambil tersenyum.

Kemudian Rasulullah Saw memerintahkan sahabatnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya, dan putrinya itu pun berparas cantik.

Setelah surat itu selesai ditulis, maka Rasulullah memberikan surat tersebut kepada Zahid dan memerintahkan agar segera mendatangi rumah Said dan menyerahkan surat lamaran tersebut kepadanya.

Zahid pun mendatangi Said di rumahnya, dan berkata, “Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasulullah yang mulia, untuk diberikan kepadamu saudaraku.”

Said menjawab, “Wah, ini adalah suatu kehormatan buatku.”

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab, perkawinan yang selama ini ada biasanya seorang bangsawan harus menikah dengan keturunan bangsawan pula, dan yang kaya harus menikah dengan orang dari keluarga kaya juga.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”

Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah mendapati aku berbohong?

Dalam suasana yang seperti itu, putrinya, Zulfah, datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini… bukankah lebih baik dipersilahkan masuk?

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.

Di saat Zulfah melihat Zahid, Zulfah merasa dirinya terhina. Maka, sambil menangis ia berkata, “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau dengan dia ayah..!”

Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku menghalanginya. Tolong sampaikan kepada Rasulullah, bahwa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasulullah disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama Rasulullah?

Akhirnya Said berkata, “Lamaran kepada dirimu ini adalah perintah Rasulullah.

Zulfah kaget kemudian beristighfar beberapa kali,

أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ…أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ…أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ…

Ia menyesal atas kelancangannya tadi yang menolak lamaran pemuda yang ada di hadapannya itu.

Seketika ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa tidak sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah. Kalau begitu segera nikahkan aku dengan pemuda ini. Karena aku ingat firman Allah dalam Al-Qur’an surah An Nur:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (النور ٥١)

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka diminta Allah dan Rasul-Nya agar Rasul yang mengadili (mengambil keputusan) diantara mereka, ucapan yang muncul hanyalah : Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

(QS. An Nur 24:Ayat 51)”

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang-layang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya, dan segera melangkah pulang.

Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasulullah yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

Bagaimana Zahid?” tanya Rasulullah.

Alhamdulillah lamarannya diterima ya Rasulallah,” jawab Zahid.

Apakah sudah ada persiapan?

Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasulallah, aku tidak memiliki apa-apa.

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke beberapa sahabat agar mereka membantunya mendapatkan uang untuk keperluan menikah.

Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan pernikahan dirinya.

Tak lama kemudian setibanya di pasar, bersamaan itu pula ada pengumuman jihad untuk perang melawan orang kafir yang mau menyerang masyarakat muslim Madinah.

Zahid Mulai bingung untuk menentukan sikap, menikah atau berjuang demi agama Allah.

Akhirnya dia mencoba kembali lagi ke masjid. Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, lalu Zahid bertanya, “Ada apa ini?”

Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengetahui?”

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah jika begitu uang untuk menikah ini akan aku belikan baju besi dan kuda yg terbaik, aku lebih memilih jihad bersama Rasulullah dan menunda pernikahan ini.

Para sahabat menasihatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau malah hendak berperang?”

Zahid menjawab dengan tegas, “Hatiku sudah mantap untuk bersama Al Musthafa Rasulullah pergi berjihad.”

Lalu Zahid membacakan ayat Al-Qur’an di hadapan sahabat Nabi:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (التوبة ٢٤)

“Katakanlah, Jika bapak -bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, itu semua lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah, 9:24).

Akhirnya Zahid maju ke medan pertempuran. Dengan hebatnya beliau bertempur, banyak dari kaum kafirin tewas di tangannya dan pada akhirnya beliau mendapatkan syahid. Gugur demi membela agama Allah dan RasulNYA. .

Peperangan telah usai, kemenangan direbut oleh Rasulullah dan pasukan kaum muslimin.

Senja yang penuh dengan keberkahan ketika Rasullullah memeriksa satu persatu para pejuang islam yang telah gugur di jalan Allah, sebagai syuhada Allahu azza wajalla.

Tampak dari kejauhan sosok pemuda yang bersimbah darah dengan luka bekas sayatan pedang. Rasulullah menghampiri jasad pemuda itu sambil meletakkan kepalanya di pangkuan.

Habiballah memeluknya sambil menangis tersedu-sedu, “Bukankah engkau ya Zahid yang hendak menikah malam ini? Tapi engkau memilih keridhaan Allah, berjihad bersamaku.”

Tak lama kemudian Rasulullah tersenyum sembari memalingkan muka ke sebelah kiri karena malu.

Disebabkan karena ternyata sesosok bidadari cantik dari surga menjemput ruh mulia pemuda ini, dan tak sengaja gaunnya tersingkap hingga betisnya yang indah terlihat.

Ini yang membuat Rasulullah malu.

Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an;

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ * فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (آل عمران ١٦٩ – ١٧٠)

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sejatinya mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan bahagia disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

(QS. Ali Imran, 3:169-170.)

Mendapat khabar tentang calon suaminya yang gugurnya di medan jihad, Zulfah pun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu. Jika aku tidak dapat mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku dapat mendampinginya di akhirat.

Masya Allah..

Jika iman tertanam kokoh di qolbu, pasti yg dikejar adalah kehidupan akhirat.

Semoga Allah pertemukan dan kumpulkan kita dalam surga-Nya. Aamiin.

Tinggalkan komentar